sickofyourcrap.com

sickofyourcrap.com – Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan data inflasi untuk bulan April 2024, yang menunjukkan peningkatan sebesar 0,25% pada basis bulan ke bulan. Penyebab utama dari inflasi ini adalah lonjakan harga di sektor transportasi, yang bertepatan dengan periode intensif perjalanan Hari Raya Lebaran.

Rincian Inflasi Sektor Transportasi

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menguraikan bahwa terjadi inflasi sebesar 0,93% dalam kelompok transportasi, yang berkontribusi sebanyak 0,12% terhadap total inflasi. Inflasi ini didominasi oleh kenaikan tarif angkutan udara yang menyumbang sebesar 0,06%, diikuti oleh peningkatan tarif angkutan antar kota sebesar 0,03% dan tarif kereta api dengan kontribusi sebesar 0,01%.

“Kami mencatat kenaikan signifikan pada tarif angkutan udara sebesar 8,05% selama periode Lebaran, yaitu di bulan April 2024, yang merupakan sebuah perubahan drastis dari deflasi sebesar 0,97% pada bulan Maret 2024,” ucap Widyasanti dalam sesi konferensi pers.

Tren Kelompok Transportasi Sebagai Penyumbang Inflasi

Widyasanti menambahkan bahwa sektor transportasi secara historis telah menjadi kontributor inflasi yang signifikan selama Lebaran dalam lima tahun terakhir. Hal ini terutama disebabkan oleh lonjakan harga dari tarif angkutan udara dan antar kota, yang mengalami peningkatan permintaan selama periode tersebut.

Analisis Perbandingan Inflasi dengan Tahun Sebelumnya

Menariknya, inflasi yang tercatat pada April 2024 lebih rendah daripada angka inflasi pada bulan Maret 2024 yang bertepatan dengan awal bulan Ramadan, serta periode Lebaran dalam tiga tahun terakhir. Widyasanti menjelaskan bahwa kondisi ini dikarenakan adanya deflasi pada komponen harga yang bergejolak, yang sebelumnya terus menerus mengalami inflasi selama tujuh bulan.

Laporan inflasi April 2024 ini menyoroti pengaruh dominan sektor transportasi dalam pergerakan harga nasional, khususnya dalam konteks Hari Raya Lebaran. Tingkat inflasi yang relatif lebih terkendali dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya menandai potensi efektivitas kebijakan pengendalian harga yang telah diterapkan oleh pemerintah dan otoritas terkait, dalam upaya mereka untuk menstabilkan fluktuasi ekonomi selama periode penting ini.